Hasil sintesis organik pada umumnya
bercampur dengan pelarut dan mengandung senyawa lain yang tidak diinginkan. Pemisahan
hasil sintesis tersebut antara lain dapat dilakukan melalui beberapa metode. Filtrasi
merupakan metode yang digunakan untuk memisahkan pengotor hasil sintesis berupa
padatan menggunakan penyaring. Filtrasi dalam skala laboratorium biasa
dilakukan menggunakan kertas saring, penyaring Hirsch dan Buchner (Vogel, 1989).
Ekstraksi pelarut juga
dapat digunakan untuk memisahkan komponen dan menghilangkan pengotor dari suatu
campuran (Adam, 1963). Metode ini didasarkan pada kelarutan komponen dalam
pelarut, sehingga membutuhkan pemilihan pelarut yang sesuai. Pelarut
yang dipilih bergantung pada kelarutan zat yang akan diekstraksi dan kemudahan untuk dipisahkan dari zat terlarut (Vogel, 1989). Ekstraksi pelarut dilakukan dengan mengocok campuran
yang akan dipisahkan menggunakan pelarut yang sesuai dalam corong pisah. Eter
merupakan pelarut yang baik untuk senyawa organik dan memiliki titik didih
rendah sehingga mudah dipisahkan dari zat terlarut (Norris, 1924). Hasil
ekstraksi biasanya dikeringkan terlebih dahulu melalui kontak langsung dengan zat padat pengering.
Pemilihan pengering diatur berdasaran pertimbangan
pengering tidak berinteraksi kimiawi
dengan hasil sintesis (seperti polimerisasi, reaksi kondensasi, auto-oksidasi), dapat menyerap air dengan cepat, memiliki kapasitas
pengeringan yang efektif dan ekonomis (Vogel,
1989).
Adapun pemurnian senyawa organik padat dapat dilakukan
dengan rekristalisasi dengan pelarut
yang didasarkan pada prinsip kelarutan. Zat-zat yang direkristalisasi
dilarutkan dalam pelarut pada suhu tinggi, dihilangkan pengotornya, disaring
untuk menghilangkan residu yang tak larut dan didinginkan. Kristal yang terbentuk
kemudian disaring pada tekanan rendah, dicuci dan dikeringkan (McKee, 1997). Pemilihan
pelarut merupakan hal yang penting dalam rekristalisasi. Kriteria pelarut yang
baik untuk rekristalisasi adalah mudah melarutkan senyawa
yang dimurnikan pada suhu
tinggi dan sulit melarutkan pada suhu rendah, menghasilkan kristal dengan baik dari senyawa yang dimurnikan, mudah
dipisahkan dari senyawa yang dimurnikan (memiliki
titik didih yang relatif rendah) dan tidak
bereaksi dengan senyawa yang dimurnikan (Vogel, 1989).
Selain rekristalisasi, kromatografi juga sering digunakan untuk memurnikan senyawa organik
padat. Kromatografi biasanya terdiri dari fasa diam dan fasa gerak. Fasa gerak
yang membawa komponen dari campuran melewati fasa diam, sedangkan fasa diam
tersebut akan berinteraksi dengan senyawa-senyawa yang dipisahkan dengan
afinitas yang berbeda-beda (Bresnick, 2003). Kromatografi kolom merupakan metode
kromatografi klasik yang masih
banyak digunakan. Kromatografi kolom digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa dalam jumlah
yang banyak berdasarkan daya adsorpsi
dan partisi. Adsorben yang umum digunakan
adalah silika gel, alumina, selulosa dan karbon aktif. Fasa gerak (eluen) pada kromatografi kolom melalui
fasa diam (adsorben) yang berada dalam kolom, sehingga campuran akan terpisah
membentuk pita-pita karena perbedaan sifat kepolaran (Gritter, 1991).
Kromatografi
lapis tipis (KLT) merupakan proses pemisahan dan pemurnian yang didasarkan pada
perbedaan adsorpsi dan daya partisi serta kelarutan dari komponen-komponen
kimia yang bergerak mengikuti kepolaran eluen. Adsorben yang umum digunakan
adalah silika gel dan alumina. Sedangkan partisi adalah kelarutan tiap-tiap
komponen kimia dalam cairan pengelusi (eluen) dimana arah gerakannya disebabkan
oleh interaksi komponen dengan eluen sehingga komponen kimia dapat bergerak
dengan kecepatan yang berbeda-beda dan menyebabkan terjadinya pemisahan
(Hostettmann et al., 1995). Campuran yang akan dipisahkan
dengan KLT dilarutkan pada suatu pelarut yang sesuai, lalu ditotolkan pada
bagian bawah plat KLT menggunakan pipa kapiler dan dikeringkan. Plat
selanjutnya dielusi dalam suatu bejana yang berisi sistem pelarut yang jenuh
dengan uap eluen. Pelarut kemudian naik hingga bagian tertentu dari plat
selanjutnya dikeringkan. Proses penampakan noda pada plat KLT dapat dilakukan
dengan penyinaran dengan sinar ultraviolet, uap iodin atau dengan penyemprotan
menggunakan senyawa kimia tertentu, misalnya 2,4-dinitrofenilhidrazin dan
ninhidrin (Gritter et al., 1991).
Kemurnian senyawa dapat diketahui dari bentuk noda pada plat, jika noda yang
tampak berupa noda tunggal, maka senyawa tersebut sudah tidak bercampur dengan
senyawa lainnya. Uji kemurnian dengan metode ini harus dilakukan pada berbagai
eluen yang berbeda (Poole dan Salwa, 1991).
Titik
leleh merupakan salah satu sifat fisik padatan yang dapat digunakan untuk
menguji kemurniannya. Penentuan
titik leleh ditentukan dari pengamatan trayek lelehannya, dimulai saat
terjadinya pelelehan, transisi
padat-cair, sampai seluruh padatan
mencair. Senyawa organik murni umumnya memiliki titik leleh yang tajam, yaitu rentang titik
leleh tidak melebihi
sekitar 0,5oC (Vishnoi, 1996). Pengotor
dalam jumlah sedikit dapat memperlebar trayek titik leleh dan menyebabkan suhu
awal terjadinya pelelehan lebih rendah atau tinggi dari pada titik leleh
senyawa murninya (Sudjadi, 1988).
*Sumber:
Adam, R., Johnson, J.
R., Wilcox, C. F., 1963, Laboratory Experiments in Organic Chemistry,
The Macmillan Company, New York
Bresnick,
S., 2003, Intisari Kimia Organik, Terjemahan Hadian Kotong, Hipokrates,
Jakarta
Gritter, R. J., Bobbitt, J. M.,
Schwarting, A. E., 1991, Pengantar Kromatografi, Terjemahan Kokasih
Padmawinata, Edisi Kedua, Penerbit ITB, Bandung
Hostettmann, K., Hostettmann, M., dan
Marston, A., 1995, Cara Kromatografi Preparatif, Terjemahan Kokasih
Padmawinata, Penerbit ITB, Bandung
McKee, J. R., Zanger, M., 1997, Essential of Organic Chemistry, Small
Scale Laboratory Experiments, Wm. C. Brown Publishers, Dubuque, USA
Norris, J. F., 1924, Experimental Organic Chemistry, McGraw-Hill
Book Company Inc., New York
Pine,
S. H., Hendrickson, J. B., Cram, D. J., Hammond, G. S., 1988, Kimia Organik
1, Terjemahan Roehyati Joedodibroto dan Susanti W. Purbo-Hadiwidjoyo, Edisi
Keempat, Penerbit ITB, Bandung
Sudjadi, 1988, Metode Pemisahan,
Kanisius, Yogyakarta
Vishnoi, N. K., 1996, Advance Practical Organic Chemistry, Vika’s
Publishing House Pvt. Ltd., Kanpur
Vogel, A. I., 1989, Textbook of Practical Organic Chemistry, Fifth Edition, Longman Group, London
No comments:
Post a Comment