“Seorang Ayah lebih berharga dari pada
100 orang guru di sekolah (George Herbert)”
KANGEN, itulah kata yang tepat untuk
melukiskan rasa rinduku padanya setelah 6 tahun aku ditinggalkan untuk
selamanya (15 Mei 2006-15 Mei 2012). Sungguh beliau menjadi sesosok pria yang
luar biasa bagiku dan keluargaku. Beliau dan ibuku menjadi guru pertamaku yang
mengajarkanku banyak hal, terutama soal agama dan kehidupan.
Aku bangga punya
ayah sepertimu Abi… :-*
KISAH PERJALANAN HIDUP ABI
Moh. Baqir, begitulah nama kecil Abiku, putra ke-6 dari pasangan suami istri Mbah KH.
Adelan dan Mbah Nyai Hj. Syofiyah, yang dilahirkan pada tanggal 30 Agustus
1934/19 Jumadil Awal 1354. Menurutku, Abi adalah sosok yang cerdas, mandiri dan
berjiwa entrepreneur, ga kayak aku.
HIS EDUCATIONS
Abi memulai pendidikan pertamanya dengan belajar langsung
dari Ibunda tercintanya, Mbah Hj. Nyai Shofiyah dan neneknya, Mbah Yut Nyai
Aminah Sholeh, lalu pada pamannya, Mbah KH. Abdul Karim dan kemudian memperdalam
bekal ilmu dasar dari Kakeknya, Mbah Yut KH. Musthofa Abdul Karim. Sejak usia
tujuh tahun, Abi juga belajar di pendidikan formal, Madrasah TarbiyatutTholabah
Kranji yang dipimpin oleh pamannya, Mbah KH. Abdul karim Musthofa selama empat
tahun, yang kemudian melanjutkan pendidikannya di Madrasah Muallimin Desa
Tunggul Paciran pada tahun 1940-1944 di bawah pimpinan ulama pejuang, Mbah KH.
Muhammad Amin Musthofa. Dari Madrasah Muallimin Tunggul paciran inilah, Abi mulai
dipercaya untuk mencoba menularkan ilmunya kepada masyarakat sejak berusia 14
tahun.
Namun karena dirasa bekalnya belum mumpuni, maka
beliau kemudian melanjutkan pendidikannya ke Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas
Jombang pada tahun 1952, yang saat itu diasuh oleh KH. Abdul Jalil. Sejak di
Tambakberas, jiwa kewirausahaan Abi
mulai tumbuh. Karena ingin mandiri, setelah menamatkan sekolahnya, beliau pun
pindah dari asrama dan tinggal di Desa Bulak sembari tetap mengaji di Pesantren
Bahrul Ulum Tambakberas. Di Desa ini, beliau memulai menjalani usaha
kecil-kecilan berupa jual-beli hasil bumi penduduk di desa-desa sekitarnya.
Hasil usahanya ini bahkan telah dapat digunakan untuk membantu orang tuanya
membiayai pendidikan adik-adiknya. Setahun kemudian beliau meneruskan
pendidikannya dengan belajar kepada KH. Bisri Sansuri di Pesantren Manbaul
Ma’arif Denanyar Jombang selama empat tahun. Selain mengaji, Abi yang telah
menjadi seorang ustadz muda, juga turut dipercaya untuk membantu mengajar di
pesantren Manbaul Ma’arif.
HIS DEDICATIONS
Karena Pesantren Tarbiyatut Thalabah yang diasuh
keluarga membutuhkan sumber daya manusia (SDM), Abi kemudian menerima surat
panggilan pulang untuk mengabdi ke kampung halaman. Sepeninggal Mbah Yut KH.
Musthofa (kakek Abi), kepemimpinan pesantren diserahkan kepada menantunya, Mbah
KH. Adelan Abdul Qodir (ayah Abi) hingga beliau wafat pada tahun 1976. Dengan
demikian, Abilah yang kemudian diberi amanah untuk memimpin Pesantren
Tarbiyatut Tholabah.
Karena amanah itu, Abi mulai menumpahkan seluruh
kehidupannya untuk mengabdi kepada masyarakat melalui jalur pendidikan
keagamaan (pesantren). Namun hal ini bukan berarti membuatnya meninggalkan
dunia yang telah dirintisnya dari awal, yakni dunia bisnis. Toh, sebagai
seorang pengasuh pesantren kemandirian pribadinya tetap terlihat, hal ini
terbukti bahwa sebagai seorang pengasuh pesantren, Abi masih selalu
menyempatkan diri untuk mencuci sendiri baju-bajunya. Kepeduliannya kepada
kehidupan keseharian santri diwujudkan dalam didikannya untuk terjun langsung membangunkan
para santri ketika subuh dan memantau satu persatu perkembangan para santrinya,
serta secara rutin mengunjungi kantor-kantor lembaga yang dipimpinnya agar para
santri tetap dapat mengikuti sekolah dengan baik. Abi kemudian berusaha
mengembangkan bisnisnya untuk menunjang pembiayaan pesantren yang diasuhnya, di
antaranya dengan membentuk forum silaturrahim berbungkus arisan bagi masyarakat
dalam rangka menjaga keharmonisan hubungan antara pesantren dengan masyarakat. Kegiatan
ini diikuti leh seluruh nelayan di wilayah pesisir utara Lamongan. Kesempatan
ini, bagi Abi dapat berfungsi ganda, yakni sebagai media dakwah sekaligus
mengembangkan jaringan bisnis di antara sasama nelayan dan warga pesantren.
Semakin bertambah usianya, semakin banyak pengalaman
hidupnya, dan berkembang pula naluri bisnis yang telah diasahnya sejak kecil. Abi
melebarkan sayap usahanya dengan membuka pelayanan pemesanan kitab-kitab bagi
madrasah di lingkungan LP Ma’arif Kortan Paciran pada tahun 1958-1975 M.
Kelihaiannya berbisnis semakin tampak tatkala
beliau melakukan ekspansi dagang di bidang kayu jati. Pada mulanya memang hanya
untuk menyediakan bahan baku bagi pembuatan bangku-bangku dan peralatan
sekolah. Namun usaha ini kemudian terus berkembang hingga pada tahun 1975
berdirilah usaha meubeler bernama UD. Barokah Sejati yang bergerak di bidang penyediaan
kayu jati sebagai bahan baku pembuatan perahu nelayan. Beberapa tahun kemudian,
selain sebagai ulama pengasuh pesantren, Abi juga terkenal sebagai pengusaha
kayu. Terutama ketika kemudian, mertuanya (kakekku), Mbah H. Mas’ud, memiliki
ide kontroversial, yakni menginginkan agar Abi mengembangkan pembuatan jenis
perahu baru bagi nelayan setempat. Sebuah model perahu nelayan semi modern
sebagai produk baru usaha dagangnya. Sebuah perahu bermesin tempel dan
bergardan untuk menarik pukat di bagian belakang.
Awalnya ide ini menimbulkan pro dan kontra di
kalangan masyarakat, karena selama ini para nelayan setempat hanya menggunakan perahu
tradisional untuk mencarai nafkah. Masyarakat menganggap bahwa perahu model
baru tersebut hanyalah sebuah usaha yang sia-sia. Namun anggapan ini tidaklah
membuat Abi surut dan mengurungkan niat. Beliau tetap teguh meneruskan
usahanya, hingga akhirnya kegigihannya berbuah. Kini hampir semua nelayan di
pesisir Lamongan menggunakan perahu jenis ini. UD. Barokah sejati yang
dirintisnya pun semakin berkembang dan tentu saja sebagian labanya digunakan
untuk mengembangkan Pesantren Tarbiyatut Tholabah yang terus berkembang.
HIS BUSINESS CONCEPTS
Dalam mengembangkan usaha yang dirintisnya dari
kecil hingga menjadi sebuah usaha besar ini, Abi memiliki beberapa prinsip yang
terus dipegang dan dijalankannya sebagai sebuah idealisme usaha.
Pertama, realistis, yakni hanya mengerjakan pekerjaan sebatas kemampuan keuangan perusahanaan dan order yang diterima. Bila menerima pesanan yang tidak mampu dijalankan maka perusahaan akan menolak order ini.
Kedua, amanah dan konsisten, dengan memberlakukan harga tetap sesuai kesepakatan awal meskipun harga bahan baku ternyata naik di tengah-tengah pengerjaan order. UD. Barokah Sejati juga senantiasa menjaga kualitas barang produksinya,menjaga kualitas pekerjaan para karyawannya sehingga tidak mengecewakan pelanggan.
Ketiga, hati-hati, teliti dan berani, perjanjian-perjanjian kontrak jual beli disesuaikan dengan aturan-aturan yang berlaku dalam hukum fikih. Karena pengalamannya yang matang, Abi adalah seorang yang sangat teliti dalam menaksir harga-harga bahan baku dan biaya pembuatan sebelum menaksir biaya pemesanan yang harus dibayarkan oleh klien/konsumen. Di sisi lain UD. Barokah Sejati tidak pernah minder untuk bersaing dalam memenangkan tender lelang berhadapan dengan badan usaha-badan usaha lain yang lebih besar.
Keempat, adil dan kooperatif, dengan menyelesaikan pesanan sesua waktu yang disepakati. Selalu mendahulukan pengerjaan order yang lebih dahulu disepakati meskipun ada lagi order yang lebih tinggi nilainya, dan bahkan jika meninggalkan deposit (uang muka) lebih besar dari yang terdahulu.
HIS POSITIONS
Selain mengasuh pesantren dan menjalankan usaha
dagangnya, Abi juga aktif dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan, terutama
organisasi NU di wilayahnya. Tercatat Beliau adalah salah satu pelopor
berdirinya NU di tengah semakin menguatnya hegemoni Masyumi di wilayah Paciran
pada tahun 1965, beliau juga dipercaya untuk mengemban amanat di antaranya sebagai:
§ Ketua Kortan Ma’arif MWC NU Paciran (1967-1975).
§ Wakil Rois Suriah PCNU Lamongan (1982-1992).
§ Rois Suriah PCNU Lamongan (1992-2002).
§ Mustasyar PCNU Lamongan (2002-2005).
§ A’wan Suriyah PWNU Jawa Timur sejak 1993.
§ Ketua Suriah PCNU Lamongan (2005 hingga meninggal).
§ Ketua MUI Lamongan,
§ Penasehat BAZIS Lamongan
§ dan jabatan-jabatan kehormatan lainnya.
§ Ketua Kortan Ma’arif MWC NU Paciran (1967-1975).
§ Wakil Rois Suriah PCNU Lamongan (1982-1992).
§ Rois Suriah PCNU Lamongan (1992-2002).
§ Mustasyar PCNU Lamongan (2002-2005).
§ A’wan Suriyah PWNU Jawa Timur sejak 1993.
§ Ketua Suriah PCNU Lamongan (2005 hingga meninggal).
§ Ketua MUI Lamongan,
§ Penasehat BAZIS Lamongan
§ dan jabatan-jabatan kehormatan lainnya.
HIS DAILY ACTIVITIES
Dalam mengasuh pesantren dan menjalankan Bisnisnya,
Abi tidak pernah meninggalkan sholat dhuha dan sholat tahajjud, kecuali ketika
bepergian. Istiqomah menjadi imam di Masjid al-Ihsan atau berjamaah dengan
keluarganya. Rutin membaca kitab Tafsir Jalalain selepas sholat ashar
di hadapan para santri putra dan selepas sholat maghrib di hadapan santri putri
dengan harapan dapat mengkhatamkan kitab tersebut setiap tiga tahun sekali. Sementara
kedekatan spiritualnya dengan masyarakat ditandai dengan pembacaan kitab Ibanatul Ahkam (Syarh Bulughul Maram) dan kitab Majalisus
Saniyah setiap malam selasa ba’dal Isya’ di masjid,
serta dalam banyak kesempatan selalu berusaha mengayomi dan memberikan tausiyah
kepada masyarakat. Baginya, Istiqomah adalah jalan menuju kesuksesan, sesuai
mottonya:
حيثما تستقم يقدر لك الله نجاحا في غابر الازمان
“Di mana Kamu beristiqomah, maka di situ Allah
akan mentakdirkan kesuksesan di sepanjang zaman”.
HIS
CREATIONS
Abi memiliki kepedulian yang sangat intens terhadap
pelajaran-pelajaran para santri. Terbukti, di tengah-tengah kesibukannnya
mengembangkan bisnis, berorganisasi dan mengayomi masyarakat, beliau masih
sempat membuahkan beberapa karya tulis, meskipun hanya digunakan di tingkat
lokal. Di antara kitab-kitab karyanya adalah,
1.
Attaysiir Wattabyiin Limaqoosidi Alfiyah ibni Malik
yang dikerjakannya sejak tahun 1958. Kitab
ini berisi penjelasan yang memudahkan para santri untuk memahami maksud
nadhom-nadhom dalam Alfiyah ibnu
Malik.
2.
Sarah Asma’ul Husna, menguraikan makna yang terkandung dalam Asmaul Husna (99
Asma Allah) dengan menukil pendapat para ulama besar.
3.
Tashilul Mubtadi’ fi Ilminnahwil ’Imrithi yang
ditujukan untuk mempermudah para santri mempelajari gramatika dasar bahsa Arab.
Kitab Imrithi adalah kitab standar dasar pelajaran gramatika Arab di pesantren-pesantren
Jawa.
4.
Khasyiyah Uqdatul f Farid fi ’Ilmil Faraidh, karya ini menunjukkan bahwa beliau adalah sosok
ulama yang mumpuni. Banyak ulama di Jawa yang meyakini bahwa ilmu faraidh (ilmu
pembagian harta waris menurut syariat Islam) adalah ilmu langka yang hanya
dikuasai secara mumpuni oleh ulama-ulama khusus saja.
Setelah mengarungi sedemikian banyak kisah
perjalanan hidup hingga tuntas memberangkatkan haji kesembilan putra-putrinya, Abi
berpulang ke rahmatullah pada hari Senin tanggal 15 Mei 2006 pukul 12.00 WIB.
Karena dikenal luas oleh masyarakat, pada hari Selasa, 16 Mei 2006, ribuan
orang membanjiri halaman Pesantren Tarbiyatut Tholabah untuk mendoakan dan
mengantarkan ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Terima kasih atas jasamu Abi…
Semoga engkau tenang di sana…
Berharap
dipertemukan dengan sosok sepertimu sebagai teman hidupku nanti… ^^
Amiin..
ReplyDeleteInsya Allah nil, beliau sedang berada di dekatNya sekarang.. :)
:-)
ReplyDeleteAmin...
makasiii ya nidd,,, :-*
Subhanallah dek.. semoga segera dipertemukan ;)
ReplyDeleteAamiin Yaa Mujiibas Saailiin.... Lahul fatihah..
ReplyDeletemotto beliau Neng yang (masih) sulit untuk kulakukan, Neng..
Izin ikut motto hidup abah Yai njih Ning 🙏. Mugi saget Istiqomah..
ReplyDeleteIzin juga copas tulisan mottonya 🙏🙏